Dari "I Love New York," "Amazing Thailand" hingga "Padang Kota Tercinta, Kujaga dan Kubela"

Foto Muhibullah Azfa Manik
×

Dari "I Love New York," "Amazing Thailand" hingga "Padang Kota Tercinta, Kujaga dan Kubela"

Bagikan opini
Ilustrasi Dari "I Love New York," "Amazing Thailand" hingga "Padang Kota Tercinta, Kujaga dan Kubela"

Banyak kota di Indonesia mengganti slogan setiap kali pergantian kepala daerah, tanpa kesinambungan narasi atau pelibatan publik. Fenomena ini membuat slogan terjebak dalam fungsi kosmetik: indah di baliho, tidak terasa di jalanan.

SLOGAN KOTA—atau dalam istilah akademik dikenal sebagai city slogan—merupakan bagian integral dari strategi city branding yang berfungsi membangun identitas simbolik suatu wilayah.

Fenomena city slogan jamak ditemukan di berbagai kota besar dunia.

Salah satu contoh paling ikonik adalah slogan “I NY” dari New York City. Diciptakan pada tahun 1977 oleh desainer grafis Milton Glaser sebagai bagian dari kampanye pemulihan citra kota, slogan ini menjadi simbol kebangkitan New York dari krisis sosial dan keuangan.

Dalam waktu singkat, frasa itu tidak hanya tampil di papan iklan, tetapi juga menjelma menjadi bagian dari identitas kolektif warganya, bahkan menembus budaya populer global.

Las Vegas, kota hiburan di Amerika Serikat, juga berhasil membangun citra unik melalui slogan provokatif “What Happens in Vegas, Stays in Vegas.”

Slogan ini memperkuat imej Las Vegas sebagai tempat pelarian dari norma sosial yang kaku—sebuah wilayah otonom moral, tempat di mana kebebasan, hiburan malam dan perjudian dilegalkan secara simbolik dan aktual.

Efektivitas slogan ini tidak hanya terletak pada daya tarik promosi, tetapi pada keberhasilannya membentuk pengalaman psikologis pengunjung.

Di Eropa, kota Paris dikenal luas dengan julukan “Ville Lumière” atau “Kota Cahaya,” yang awalnya merujuk pada perannya sebagai pusat pencerahan dan kota pertama di dunia yang menggunakan lampu gas di jalan raya.

Julukan ini kemudian berkembang menjadi metafora budaya yang memperkuat citra Paris sebagai kota seni, cinta dan intelektualitas.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini