Hari Bank Indonesia: Dari Oeang Repoeblik hingga Digitalisasi

Foto Muhibbullah Azfa Manik
×

Hari Bank Indonesia: Dari Oeang Repoeblik hingga Digitalisasi

Bagikan opini
Ilustrasi Hari Bank Indonesia: Dari Oeang Repoeblik hingga Digitalisasi

Reformasi dan Ujian Krisis

Pasca-1998, BI memasuki babak baru sebagai bank sentral independen. Tugasnya difokuskan pada stabilitas nilai rupiah, pengawasan perbankan (sebelum terbentuk OJK pada 2011), dan penjaga cadangan devisa.

Ujian terberat datang saat krisis global 2008. BI merespons denganmixed policy: menurunkan suku bunga sembari mengintervensi pasar valas. Hasilnya, Indonesia termasuk sedikit negara yang pertumbuhannya tetap positif ( 4,5%).

Tahun 2020, BI kembali diuji oleh pandemi COVID-19. Kebijakanquantitative easing(pelonggaran moneter) dan pembelian Surat Utang Negara (SUN) diambil untuk menyelamatkan ekonomi.

Langkah ini menuai kritik karena berisiko memicu inflasi. "Tapi saat itu, BI harus memilih antara resiko inflasi atau resesi," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI 2018–2023, dalam wawancara eksklusif TEMPO.

Digitalisasi dan Tantangan Masa Kini

Di era digital, BI tak lagi sekadar mengurusi cetak-mencetak uang. Sejak 2021, BI menggaungkanDigital Rupiahsebagai bagian dari sistem pembayaran masa depan. ProyekFast Paymentseperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) juga digenjot, menjadikan Indonesia salah satu pelopor pembayaran digital di ASEAN.

Tapi pekerjaan rumah BI tetap berat. Inflasi sempat menyentuh 5,95% pada 2022 akibat kenaikan harga energi global.

Nilai tukar rupiah juga kerap fluktuatif, tertekan olehtapering offThe Fed dan ketegangan geopolitik.

Di sisi lain, BI harus menjaga keseimbangan antara menahan inflasi dan mendorong pertumbuhan.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini