Hikmah dan Amalan Kontemporer
Di luar ritual komunal yang meriah, hikmah Asyura meresap dalam amalan personal umat Muslim di Indonesia.
Bagi mayoritas Muslim Sunni, Asyura adalah momentum refleksi. Kemenangan Musa atas Firaun menjadi pengingat bahwa kekuatan iman akan selalu unggul atas kekuasaan tiran.
Puasa menjadi laku spiritual untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan melatih empati.
Kegiatan yang paling menonjol dan meluas di seluruh Indonesia pada Hari Asyura adalah menyantuni anak yatim.
Amalan ini mendapat tempat istimewa, terinspirasi dari nasib anak-anak Husein yang menjadi yatim piatu setelah tragedi Karbala.Mengusap kepala anak yatim dan memberikan sedekah pada hari itu diyakini memiliki keutamaan yang besar.
Masjid-masjid dan lembaga sosial ramai mengadakan acara santunan, mengubah hari yang berpotensi menjadi sumber perpecahan menjadi ajang kepedulian sosial yang universal.
Selain itu, majelis-majelis taklim dan zikir juga marak diselenggarakan. Para penceramah mengupas kembali kisah Nabi Musa dan Husein, menarik relevansinya dengan konteks kekinian: pentingnya bersyukur, berani menyuarakan kebenaran, melawan ketidakadilan, dan memperkuat persatuan umat.
Pada akhirnya, Hari Asyura di Indonesia adalah sebuah mozaik yang indah. Ia menunjukkan kelenturan Islam Nusantara yang mampu merangkul beragam narasi historis tanpa harus saling menafikan.