Jatuh Tujuh Kali, Bangkit Delapan Kali

Foto Muhibbullah Azfa Manik
×

Jatuh Tujuh Kali, Bangkit Delapan Kali

Bagikan opini
Ilustrasi Jatuh Tujuh Kali, Bangkit Delapan Kali

Maka, pepatah “jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali” bukan sekadar kata-kata penyemangat. Ia adalah tuntutan untuk mengasah keterampilan menghadapi kegagalan.

Psikolog modern menyebutnya growth mindset: pola pikir yang memandang kegagalan bukan akhir dari segalanya, melainkan peluang untuk belajar.

Carol Dweck, profesor psikologi dari Stanford, memopulerkan istilah ini.

Dalam bukunya Mindset, ia menunjukkan bahwa orang dengan growth mindset tak takut gagal karena mereka percaya kemampuan bisa berkembang lewat upaya.

Mereka inilah yang, dalam bahasa Jepang, akan selalu bangkit meski jatuh berkali-kali.

***

Namun, tentu saja, bangkit tidak selalu soal kekuatan pribadi semata. Bangkit juga butuh lingkungan yang suportif.

Kita bisa menengok bagaimana komunitas, teman, atau keluarga menjadi jaringan pengaman bagi orang-orang yang jatuh.

Di Jepang, meski terkenal dengan kedisiplinannya, angka bunuh diri tetap menjadi keprihatinan nasional. Artinya, tanpa dukungan sosial yang kuat, tak semua orang bisa bangkit sendiri.

Kita juga perlu mengingat bahwa bangkit delapan kali bukan berarti harus berlari delapan kali lebih cepat.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini