Kadang-kadang, bangkit berarti berdiam sebentar, merefleksikan diri, atau sekadar menenangkan jiwa yang lelah.
Di sinilah seni untuk bangkit menjadi proses yang sangat personal.
Ada kisah menarik dari Steve Jobs. Setelah dipecat dari perusahaan yang ia dirikan sendiri, Apple, Jobs tidak serta-merta bangkit dengan kegemilangan. Ia tersingkir, jatuh, bahkan kehilangan arah.
Tapi, ia lalu mendirikan NeXT dan Pixar, dua perusahaan yang kemudian memperkaya pengalaman dan inovasinya.
Ketika kembali ke Apple, Jobs sudah menjadi pribadi yang lebih matang, lebih “emas” seperti piring dalam seni Kintsugi itu.
***Di tengah dunia yang serba instan, kita sering lupa bahwa bangkit itu proses panjang, tidak secepat story 24 jam yang menghapus jejak kemarin.
Bangkit tidak selalu harus tampak glamor, cukup bisa berdiri dengan luka yang masih basah pun sudah berarti hebat.
Barangkali itu pesan tersembunyi dari “nana korobi ya oki.” Bukan soal berapa kali jatuh atau seberapa cepat bangkit, melainkan kesediaan untuk selalu memberi diri kesempatan satu kali lebih banyak daripada jumlah kejatuhan.
Dan jika hari ini Anda merasa sudah jatuh entah untuk yang keberapa kali, barangkali ini saatnya untuk bangkit sekali lagi. Sekali saja lebih banyak. (*)