Ketika Timbangan Curang di Tanah Madyan

Foto Muhibbullah Azfa Manik
×

Ketika Timbangan Curang di Tanah Madyan

Bagikan opini
Ilustrasi Ketika Timbangan Curang di Tanah Madyan

Ada asumsi keliru bahwa kuantitas amal kebaikan akan mengalahkan kualitas asal-muasal rezeki.

Kaum Madyan mungkin juga melakukan hal-hal yang terlihat baik di permukaan. Bisa jadi, mereka bersedekah dari keuntungan yang mereka peroleh dengan menipu.

Mereka mungkin membangun sumur untuk umum atau memberikan makan kepada kaum miskin dari harta yang mereka curi lewat timbangan.

Namun, di mata Allah, amalan seperti itu tidak memiliki arti. Nabi Syu'aib tidak hanya menyeru mereka untuk berbuat baik, tetapi juga untuk membersihkan sumber rezeki mereka terlebih dahulu.

Nabi Syu'aib mengajak kaumnya untuk bertaubat dari praktik curang, yang merupakan akar masalah.

Mengapa? Karena rezeki yang tidak halal ibarat air kotor yang mencemari seluruh wadah.

Sekeras apa pun kita berusaha membersihkan wadah itu dengan membuang sedikit air kotor, wadah itu tidak akan pernah benar-benar suci selama sumbernya masih kotor.

Begitu pula dengan harta. Sedekah dari harta yang tidak bersih ibarat menanam bunga di atas lahan yang beracun. Bunga itu mungkin tumbuh, tetapi tidak akan pernah membawa keberkahan sejati.

Al Quran dan Hadis berkali-kali mengingatkan kita tentang pentingnya rezeki yang halal. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik."

Harta yang didapat dari menipu, merampok, korupsi, atau cara-cara haram lainnya, tidak akan pernah membawa keberkahan. Ia akan menjadi beban, tidak hanya di akhirat, tetapi juga di dunia.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini