Vaksin Melawan Wabah Kebodohan

Foto Muhibbullah Azfa Manik
×

Vaksin Melawan Wabah Kebodohan

Bagikan opini
Ilustrasi Vaksin Melawan Wabah Kebodohan

Dalam waktu singkat, lingkaran kemiskinan dan kebodohan menular ke keluarganya. Adiknya kehilangan motivasi sekolah, sementara orang tuanya pasrah pada keadaan.

Bandingkan dengan cerita lain: Rani, anak nelayan dari pulau kecil di Maluku, yang beruntung mendapat beasiswa pendidikan. Ia bisa melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi di kota besar.

Sepulangnya, Rani membuka kelas literasi bagi anak-anak di desanya. Vaksin pendidikan yang ia terima tidak hanya menyelamatkan dirinya, tapi juga menularkan imunitas pengetahuan pada puluhan anak lain di kampungnya.

Desproges benar: kebodohan adalah penyakit menular. Satu orang bodoh yang keras kepala bisa menularkan kebodohannya kepada ratusan ribu orang lewat media sosial. Mereka yang tidak divaksinasi pendidikan akan cepat terinfeksi.

Karena itu, pendidikan tidak boleh dilihat sebagai beban anggaran, melainkan investasi peradaban. Negara harus hadir bukan hanya dengan bangunan sekolah, tetapi juga dengan jaminan kualitas pengajaran, pemerataan akses, serta biaya yang terjangkau.

Pendidikan harus bisa menyentuh mereka yang paling miskin dan tertinggal, karena di sanalah kebodohan paling rentan menjelma menjadi penyakit sosial.

Namun vaksin pendidikan tidak cukup hanya dalam bentuk formal. Literasi, budaya baca, hingga tradisi diskusi kritis harus hidup dalam masyarakat.

Buku harus mudah diakses, perpustakaan harus hadir hingga ke desa, dan ruang publik harus memberi tempat bagi pertukaran gagasan.

Tanpa itu, pendidikan hanya akan menjadi seremonial ijazah tanpa efek penyembuhan.

Kita tahu, vaksin fisik seperti imunisasi tidak akan bekerja bila cakupannya rendah. Demikian pula dengan pendidikan.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini