DIM dan Kekeliruan Memandang Minangkabau

Foto Dr Emeraldy Chatra
×

DIM dan Kekeliruan Memandang Minangkabau

Bagikan opini
Ilustrasi DIM dan Kekeliruan Memandang Minangkabau

Rapuhnya ikatan sosial berdampak pada aktivitas sehari-hari, terutama sekali ekonomi. Kerjasama ekonomi menjadi sulit karena orang kehilangan komitmen kepada keputusan kolektif.

Sering kita dengar terjadi kecurangan-kecurangan dalam usaha bersama, baik itu dalam koperasi atau perikatan-perikatan biasa. Akibatnya, potensi ekonomi sulit disatukan, dan orang memilih berusaha sendiri-sendiri ketimbang bekerja sama dengan orang lain.

Apakah dengan adanya DIM ikatan sosial itu akan rapat kembali? Tentu tidak serta merta demikian. Ikatan sosial yang terencana mungkin saja dapat dijalin di bawah struktur yang kuat dan memaksa, yang dapat memanipulasi kesadaran manusia.

Ideologi disuntikan dengan kejam ke kepala mereka. Negara komunis seperti Uni Soviet, China dan Korea Utara sudah melakukan terhadap rakyatnya dan cukup berhasil. Masalahnya, apakah DIM akan menempuh cara seperti itu? Saya yakin, tidak akan.

Perlu juga diingat, struktur yang sangat kuat, kaku dan memaksa akan melahirkan ikatan sosial yang bertujuan memberikan perlawanan kolektif.

Kelompok esoteris, komunitas preman, gangster atau okultisme umumnya lahir dari semangat pemberontakan terhadap struktur yang sangat kuat. Dalam masyarakat manapun kelompok itu dianggap kelompok marginal yang membahayakan.

Ikatan sosial yang kita inginkan adalah manifestasi dari sebuah kesadaran dan cara berpikir yang memandang sesama orang Minangkabau sebagai saudara.

Dalam cara berpikir itu ada dorongan untuk selalu menghargai, menghormati dan mengasihi. Orang lain tidak dianggap sebagai ancaman yang harus diperlakukan dengan segenap rasa curiga apalagi dicurangi.

Selanjutnya cara berpikir dikukuhkan melalui pembudayaan (ideologisasi), seperti pembudayaan kembali praktik Kato Nan Ampek.

Membangun kesadaran dan cara berpikir itu yang seharusnya dipikirkan cendekiawan Minangkabau. Bangun ideologi Minangkabau yang mengejewantahkan firman Allah dan Sunnah Nabi.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini