Tapi, di level pemahaman lebih dalam terhadap apa yang terjadi dan bagaimana jalan keluarnya, terjadi dikhotomi.
Lahirlah dua kubu: pendukung dan penentang. Keduanya sama-sama mencintai Minangkabau, tapi karena berbeda pikiran akhirnya basiba jalan.
Dengan demikian, kalau Dr Suryadi berada di pihak pendukung DIM, boleh-boleh saja.
Kita berseteru dalam pikiran. Tapi tetap badunsanak. Kita sama-sama menuju titik yang sama, tapi dengan pikiran yang berbeda.Saya akhiri dulu sampai di sini. Supaya tidak terlalu panjang dan membosankan pembaca. Insya Allah akan dilanjutkan ke Bagian 2. (*)
*Tanggapan balik terhadap tulisan Dr Suryadi di Leiden
*Credit foto: @naufalyulyan