Melalui globalisasi informasi ini komunitas Muslim mulai mengenal kehidupan sosial di luar komunitasnya, sebut saja Barat.
Artinya, infiltrasi budaya barat mulai mewarnai mindset komunitas Muslim yang sangat harmoni dalam kesahajaan dulu itu.
Mindset emansipasi wanita pun sampai gerakan kesetaraan gender yang sebenarnya lebih bermakna pemaksaan menyamakan gender, di sini ditelan bulat-bulat.
Wanita Barat sudah ingin hidup seperti pria. Ingin memiliki semua kodrat kelelakian.
Pendek kata, kenormalan kehidupan berpoligami termasuk salah satu kearifan masa lalu yang mengalami turbulensi hebat.
Ia tumbang bersamaan dengan tercabutnya akar tunggang akar tunggang kemutlakan nilai-nilai agama Islam dari komunitasnya.Dan ini akibat utama banjir bandang dan terpaan topan badai arus globalisasi informasi. Sekonyong-konyong kaum Bundo kanduang mulai mengenal arti kata cemburu. Mulai menerapkan gerakan emansipasi. Perubahan sosial tak terelakkan.
Status tulang punggung kaum Adam dalam keluarga termasuk yang terreduksi sering beremansipasinya tulang rusuk menuju tulang punggung. Bahkan anak-anak SD kita pun sekarang sudah merasa wajib punya pacar. Nauzubillah.
Celakanya, tidak hanya infiltrasi makna kecemburuan saja, mindset-mindset perselingkuhan, LGBT, kumpul kebo dan lainnya mewabah tanpa bisa dibendung oleh komunitas agama Islam dengan bentengnya para ulama.
Semua mindset inipun menjelma menjadi normal baru, menggantikan mindset kebersahajaan dalam balutan nilai-nilai agama yang hanif.