Sejarah Harusnya Terus Ditulis; Bukan Ditulis Ulang!

Foto Muhammad Nasir
×

Sejarah Harusnya Terus Ditulis; Bukan Ditulis Ulang!

Bagikan opini
Ilustrasi Sejarah Harusnya Terus Ditulis; Bukan Ditulis Ulang!

Sejarah tidak bisa diperlakukan sebagai narasi final yang harus ditukar dengan versi baru setiap kali ada pergantian paradigma politik. Sejarah adalah continuing inquiry, bukan corrective agenda.

WACANA “penulisan ulang sejarah” kerap kali muncul dengan semangat koreksi, dekolonisasi, atau restorasi identitas tertentu.

Namun dalam pandangan saya, sejarah tidak semestinya ditulis ulang dalam arti membatalkan narasi lama secara ideologis.

Sebaliknya, sejarah harus terus ditulis secara ilmiah, berbasis pada sumber baru, pendekatan baru, dan kesadaran metodologis.

Berikut adalah sikap saya yang mencerminkan posisi epistemologis saya dalam wacana penulisan sejarah oleh negara:

(1) Sejarah adalah proses berkelanjutan, bukan proyek korektif ideologis.

Sejarah tidak bisa diperlakukan sebagai narasi final yang harus ditukar dengan versi baru setiap kali ada pergantian paradigma politik. Sejarah adalah continuing inquiry, bukan corrective agenda.

Pada point ini saya bersetuju secara pemikiran dengan Edward Hallett Carr dalam What is History? (1961), “History means interpretation.”

Tetapi interpretasi ini harus berkembang dalam tradisi keilmuan yang bersandar pada sumber dan nalar, bukan digerakkan oleh tuntutan politik sesaat (sesat!).

Narasi masa lalu hanya dapat dikritisi melalui kerangka keilmuan, bukan dengan menggantinya begitu saja demi representasi simbolik.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini