Sejarah Harusnya Terus Ditulis; Bukan Ditulis Ulang!

Foto Muhammad Nasir
×

Sejarah Harusnya Terus Ditulis; Bukan Ditulis Ulang!

Bagikan opini
Ilustrasi Sejarah Harusnya Terus Ditulis; Bukan Ditulis Ulang!

(2) Setiap karya sejarah adalah produk zamannya dan harus dibaca secara kontekstual, bukan dihapus

Saya menolak gagasan bahwa karya-karya sejarah lama harus “direvisi” karena dianggap tidak sesuai dengan semangat zaman kini.

Setiap karya sejarah adalah hasil dari pergulatan intelektual dan keterbatasan zamannya.

Di sini, saya tegak bersama pendapat Benedetto Croce dalam History as the Story of Liberty (1941), “All history is contemporary history”—artinya, karya sejarah mencerminkan kesadaran historis yang hidup pada masanya.

Maka solusinya bukan menghapus atau menulis ulang, melainkan menambah narasi baru yang berbicara dengan masa kini, tanpa meniadakan jejak intelektual masa lalu.

(3) Revisi sejarah yang sah hanya dapat dilakukan melalui bukti baru dan disiplin metode.

Penulisan ulang sejarah hanya sah bila didasarkan pada penemuan sumber primer baru, atau pendekatan metodologis yang lebih tajam dan kontekstual.

Saya bersekutu pendapat dengan Richard J. Evans dalam In Defence of History (1997) yang menegaskan bahwa revisi sejarah harus tunduk pada prinsip verifikasi, bukan tekanan ideologi.

Kata Evans, “Historians are not free to invent facts... their interpretations must be grounded in evidence.”

Oleh karena itu, penulisah sejarah yang sehat bukan menghapus narasi lama, melainkan memperkaya diskursus melalui pembuktian.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini