Lokasi Konservasi Penyu
Pesona lain dari keempat pulau ini yakni telah jadi lokasi bertelurnya penyu. Pulau yang paling banyak ditemukan penyu bertelur yakni Pulau Kasiak. Penyu Belimbing yang merupakan spesies langka, juga menjadikan Pulau Kasiak sebagai kelanjutan proses regenarasinya yang lamban.
Dikutip dari www.pariamankota.go.id, wilayah pesisir dan pulau Kota Pariaman sering ditemukan species endemik berupa penyu laut. Pesisir pantai di Kota Pariaman ini, juga merupakan daerah peneluran penyu yang bertelur sepanjang tahun.
Jenis penyu yang banyak ditemukan di kawasan ini adalah Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys inmricata), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Tempayan (Caretta caretta) dan Penyu Belimbing (Demochelys cariacea). Puncaknya, penyu-penyu ini bertelur sepanjang bulan Mei hingga Desember setiap tahunnya.
Potensi ini, kemudian ditindaklanjuti Pemko Pariaman dengan mendirikan penangkaran penyu sekaligus sebagai objek wisata edukasi. Kawasan konservasi ini dapat dicapai dari Bandara Internasional Minangkabau dengan waktu tempuh kurang lebih 50 menit perjalanan darat. Dari pusat Kota Pariaman hanya berjarak tempuh sekitar 10 menit dengan perjalanan darat.
Terletak arah ke utara kota, tempat ini menyediakan ruang bagi wisatawan penyuka wisata ekosistem bahari yang peduli dengan masa depan bumi. Karena, kawasan ini tidak hanya mengelola upaya penyelamatan penyu, tetapi juga penyelamatan hutan mangrove dalam bentuk pelestarian tumbuhan bakau serta perawatan dan pembudidayaan terumbu karang.Lokasi penangkaran penyu ini di tubir pantai Ampalu, Desa Apar. Rute menuju lokasi, dengan melewati jembatan Mangguang terus menyusuri Muaro Mangguang arah ke selatan. Lokasi ini didirikan pemerintah sejak 2013. Saat ini, penangkaran ini tengah fokus pada penyelamatan telur penyu dari tiga spesies yang terancam punah yakni Penyu Hijau (chelonian mydas), Penyu Sisik (eretmochelys imbricata) serta Penyu Lekang (lepidochelysolivacea).
Lokasi penangkaran penyu milik Pemko Pariaman. (foto: fhiaft.blogspot.com)
Penyu sisik, misalnya, dikenal dengan sebutan hawksbill turtle (karena bentuk paruhnya mirip burung elang). Penyu jenis ini dapat mencapai berat tubuh sekitar 80 kg dan hidup hingga berusia 100 tahun lebih. Penyu ini terbilang unik dari segi anatomi, karena mempunyai karapas yang berbeda dari penyu jenis lain serta memiliki nilai ekonomis tinggi.