Jadi tangisan itu datang dengan sendirinya secara alamiah.
Ia tidak datang kecuali karena dua hal.
Pertama, karena pemahaman yang mendalam terhadap pengalaman batin perjalanan hidup Rasulullah SAW. Kedua, karena penghayatan mendalam akan lafaz zikir yang dilantunkan.
Tentu saja, karena penguasaan bahasa Arab yang cukup paripurna. Tanpa setidaknya dua modal ini, peristiwa indah berzikir dihiasi tangisan bahkan raungan dan sesenggukan itu, mustahil bisa dilakoni dengan baik.
Pertanyaannya, lalu apakah bunyi onggo onggo onggo yang terdengar tersebut?
Dengan keterbatasan analisis, saya melanjutkan penjelasan.Bahwa tatkala pezikir tidak sukses melakukan penghayatan yang mendalam, mungkin karena ketiadaan dua modal minimal di atas, maka pezikir mau tidak mau terpaksa membuat tangisan dan sesenggukan buatan.
Maka, sesenggukan buatan inilah yang terdengar seperti bunyi onggo onggo onggo tersebut.
Hal ini terkonfirmasi dari tampilan mimik yang tidak menggambarkan penghayatan sama sekali.
Akhirnya, manakah zikir syarafil anam yang asli dan manakah yang KW?
