Suara yang pernah halus dalam dzikir angin
Bisikan Rimba nyanyian sungai
Desah tanah yang Luruh dari mata langit ke ubun-ubun manusia
Dulu, kami mengenal dunia bukan dari layar melainkan dari embun di pucuk lalang
Dari gemercik sungai yang hafal nama-nama
Dari mentari yang menyuruk di bilik daun, seperti ibu pulang diam-diam membawa beras
Kami tahu arah bukan dari kompasTapi dari arah bayang pohon condong waktu
Kami tak hafal definisi, tapi kami paham arti bahwa satu jejak kaki di lumpur adalah silsilah
Adalah wasiat, adalah firasat yang tertulis namun hidup di dada
Editor : Mangindo Kayo