Lalu waktu mengiring kami jauh, bukan bumi yang berpaling
Tapi kami yang berjalan terlalu cepat, hingga lupa diam kami bukan jalan
Tapi tidak sempat membuka jalan pulang di dalam diri sendiri
Satu demi satu, suara menjadi data
Makna menjadi izin
Rimba menjadi gempar dan bahasa terpuyung luruh dari dahan ingat ke jurangBahasa lahir dari akar yang tumbuh bersama ketupat dan anyaman
Dari pantang yang dijaga bukan karena takut, tapi karena cinta yang berlapis hormat
Kini terombang-ambing, terasing dari lidah, terkikis dari pasar, terhapus dari suara-suara, terdiam dada yang sunyi
Kini tinggal adalah nyanyian tanpa nada, pantun tanpa sampiran
Editor : Mangindo Kayo