Ia adalah pohon yang diam menulis kata menulis doa
Adalah sungai yang setia pada arah
Adalah semut yang berjalan lurus karena tahu arah asalnya
Kini kami datang bukan hendak menyalahkan, bukan pula meminta kebenaran
Kami datang untuk menunduk menyentuh tanah sekali lagi
Dengan jari yang pelan, dengan dada yang lapang, dengan hati yang siap menyesalKami ingin menanam kembali, bukan hanya hutan, tapi pendengaran
Kami ingin menanam kembali malu
Kami ingin menyemai kembali bukan hanya kata, tapi makna
Kami ingin mendengarkan kembali bunyi hujan seperti syair, angin seperti nasehat dan malam seperti dzikir pujangga di bawah pohon tua
Editor : Mangindo Kayo