Investigasi internal juga dilakukan guna memastikan apakah ada bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik yang dialami BE sebelum kejadian.
Selain mencari penyebab, tragedi ini menjadi alarm keras bagi dunia pendidikan.
Disdik Sawahlunto berjanji memperkuat langkah pencegahan melalui edukasi kesehatan mental, pelatihan guru dalam deteksi dini masalah siswa, serta penanaman nilai empati dan anti-bullying di sekolah.
“Kami tidak ingin ada lagi anak-anak yang merasa sendirian atau tertekan di sekolah. Kejadian ini harus jadi momentum untuk membangun sekolah yang benar-benar aman dan manusiawi,” tutup Asril.
Sebelumnya suasana tenang di SMPN 7 Kota Sawahlunto mendadak berubah mencekam pada Selasa, siang.
Seorang siswa berinisial BE (15) ditemukan tak bernyawa di dalam ruang kelasnya sendiri, dengan kondisi leher terikat dasi di jendela.Peristiwa tragis itu kini menjadi misteri yang menyisakan banyak tanda tanya.
Kapolsek Barangin, Ipda Gorrahman, mengungkapkan bahwa dari hasil pemeriksaan awal, BE diduga kuat melakukan aksi bunuh diri.
Namun, polisi belum berani memastikan motif di balik kejadian itu.
“Dugaan awal memang bunuh diri, tapi kami tetap melakukan pendalaman. Semua kemungkinan masih kami telusuri,” ujarnya, Rabu.
Editor : Pariyadi Saputra