Budaya berdagang di Minang memang unik: berakar pada tradisi merantau dan semangat kolektivitas.
Ketika pasar ditata ulang, yang dibutuhkan bukan sekadar infrastruktur baru, tetapi pendampingan sosial—dialog dengan pedagang, desain ruang yang tetap memungkinkan interaksi, serta skema insentif agar mereka mau beradaptasi.
Mencari Jalan Tengah
Kini, hasil rapat tersebut akan menjadi dasar penyusunan perencanaan teknis oleh pemerintah provinsi dan kabupaten.
Balai Jalan akan memetakan titik-titik rawan di sepanjang jalur Padang Lua, sementara Dinas PU dan Balai MCKTR menyiapkan desain kawasan pasar baru.
Mahyeldi menyebut langkah ini sebagai ujian kolaborasi antarinstansi. “Kalau semua bergerak bersama, saya yakin Padang Lua bisa tertib tanpa mematikan ekonomi rakyat,” katanya.Harapan itu bergema di kalangan warga. Mereka ingin jalan yang lebih lancar, tapi juga pasar yang tetap hidup.
“Kalau bisa, kami tak hanya jadi penonton perubahan,” ujar Yulidar lirih.
Dua solusi kini telah disepakati: menata pasar dan menuntaskan bypass. Dua jalan yang, jika dikerjakan dengan hati dan nalar, bukan hanya akan mengurai macet, tetapi juga menata kembali keseimbangan antara pembangunan dan kehidupan warga.
Karena di Padang Lua, jalan raya bukan sekadar jalur transportasi.