Pendidikan Disiplin Militer: Solusi Instan atau Problem Baru?

Foto Dr A Umar MA
×

Pendidikan Disiplin Militer: Solusi Instan atau Problem Baru?

Bagikan opini

Model ini mungkin mampu menciptakan ketertiban sesaat, tetapi gagal menanamkan kesadaran etis yang sejati. Sebagaimana diungkap Santrock (2019), pola pendidikan represif justru membentuk individu yang patuh semu dan rentan melakukan perlawanan tersembunyi.

Di sisi lain, muncul arus liberalisme pendidikan yang mengagungkan kebebasan berekspresi tanpa panduan nilai yang kokoh. Kebebasan ini, jika tidak diimbangi dengan komitmen moral, berisiko menghasilkan generasi permisif yang kurang memiliki kepekaan etis dan kemampuan memilah nilai di tengah derasnya arus informasi.

Lebih jauh, yang paling mengkhawatirkan adalah kemunafikan sistemik yang mengendap dalam sistem pendidikan kita. Secara formal, pendidikan karakter diinstitusikan melalui kurikulum, slogan nilai-nilai luhur, dan berbagai program seremoni.

Namun, praktik kekerasan verbal, diskriminasi, dan keputusan pendidikan yang bias kepentingan masih berlangsung. Kondisi ini menciptakan ruang sosial yang membingungkan bagi peserta didik dan menanamkan pesan ganda tentang moralitas.

Karena itu, pendidikan karakter tidak cukup dikelola sebagai proyek formalistik. Ia harus lahir dari keteladanan sosial yang nyata, ekosistem nilai yang hidup, dan dialog terbuka yang membentuk nalar etis peserta didik. Tanpa itu, pendidikan hanya akan menjadi instrumen pelanggeng ilusi moral, yang memperparah krisis karakter di masyarakat.

Saatnya Kembali ke Pendidikan Akhlak yang Otentik

Di tengah berbagai tantangan moral dan sosial yang dihadapi generasi muda, pendidikan karakter tidak dapat lagi dipahami sebatas seruan normatif atau program formal belaka.

Ia harus diwujudkan dalam praksis pendidikan yang menempatkan anak sebagai subjek aktif, bukan sekadar objek perintah. Proses ini menuntut hadirnya relasi yang manusiawi, keteladanan yang nyata, serta ruang dialog yang terbuka antara pendidik dan peserta didik.

Pendidikan yang sehat adalah pendidikan yang bebas dari kekerasan dalam bentuk apa pun, sekaligus memberi ruang bagi anak untuk menyampaikan aspirasinya, dihargai martabatnya, dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menyentuh kehidupannya.

Dengan demikian, pendidikan karakter menjadi bagian integral dari pengalaman keseharian yang otentik, bukan sekadar slogan atau seremoni kurikuler.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini