Pendidikan Disiplin Militer: Solusi Instan atau Problem Baru?

Foto Dr A Umar MA
×

Pendidikan Disiplin Militer: Solusi Instan atau Problem Baru?

Bagikan opini

Pendidikan karakter sejati tidak cukup dibangun melalui aturan tertulis, program kurikuler, atau slogan motivasional semata. Ia membutuhkan sistem nilai yang hidup, yang tidak hanya diajarkan, tetapi dihidupkan melalui praktik keseharian yang konsisten di berbagai lini kehidupan sosial.

Nilai-nilai moral harus menjadi budaya kolektif yang hadir dalam interaksi sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam konteks ini, keteladanan pemimpin sosial menjadi elemen kunci. Anak-anak belajar lebih efektif dari apa yang mereka lihat dibandingkan dari apa yang mereka dengar.

Figur publik, guru, orang tua, dan tokoh masyarakat harus menjadi representasi nyata dari nilai-nilai integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan.

Ketika nilai-nilai itu diwujudkan dalam tindakan sehari-hari, pendidikan karakter tidak lagi menjadi proyek sesaat, melainkan proses berkelanjutan yang membentuk watak generasi muda secara alami dan bermakna.

Dalam kerangka itulah, pendidikan akhlak tidak dapat dipisahkan dari desain besar pembangunan karakter bangsa. Ia harus menjadi fondasi yang menopang seluruh dimensi pendidikan, mulai dari perencanaan kebijakan, desain kurikulum, sistem evaluasi, hingga pola relasi sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Upaya ini menuntut keberanian untuk mereformasi cara pandang terhadap pendidikan; bahwa membentuk manusia berkarakter bukan sekadar soal keterampilan kognitif dan capaian akademik, melainkan soal membangun manusia seutuhnya yang mampu berpikir jernih, bersikap arif, dan bertindak bijaksana dalam kehidupan bersama.

Ketika akhlak ditempatkan sebagai pusat dari proses pendidikan, maka seluruh aktivitas pembelajaran akan memiliki orientasi etis yang jelas. Sekolah/madrasah bukan hanya menjadi tempat mentransfer pengetahuan, tetapi juga ruang pembiasaan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kejujuran.

Anak-anak tidak sekadar diajari untuk menjadi pandai, tetapi dibimbing untuk menjadi pribadi yang mampu bertanggung jawab atas dirinya dan lingkungan sosialnya.

Dengan demikian, pendidikan benar-benar menjadi wahana strategis untuk membangun peradaban yang bermartabat dan berkelanjutan.

Refleksi Kritis: Cermin Diri Kita

Bagikan

Opini lainnya
Terkini